Taukah Kamu..

"Bermain kelereng bisa menjadi sarana pertemanan yang efektif dan ajang kompetisi yang sehat."
"Giliran aku yang lempar!" ujar Andri sambil bersiap melempar kelereng gacoan-nya. Dia memfokuskan pandangannya pada gambar lingkaran yang terbuat dari kapur tulis di depannya. Sayang, lemparannya tak dapat menyamai kelereng Budi yang berada lebih jauh dari lingkaran. Itu berarti Budi berhak menyentil lebih dulu dan tampaknya kesempatan itu tidak ia sia-siakan. Teman Andri yang berusia 10 tahun ini berusaha fokus ke arah lingkaran. "Tar." Budi berhasil mengenai sasarannya, dua butir kelereng keluar dari lingkaran yang berarti menjadi miliknya. Namun sayang, "gacoan" Budi melesat jauh dari lingkaran sehingga dia tidak bisa menyentil lagi. Budi pun memberikan kesempatan kepada Andri.

Setiap anak senang dan butuh bermain. Jadi kegiatan apapun asal judulnya bermain, tentu menyenangkan untuk dilakukan. Termasuk permainan kelereng nan abadi ini. Apalagi dolanan ini membuat anak berperan aktif. Ia mesti memasang, melempar, menyentil kelerengnya agar jitu menembak kelereng teman-temannya. Namun di sisi lain, anak harus mengikuti aturan yang diciptakan bareng kawan-kawan sepermainannya. Berarti tidak hanya adu gundunya saja yang menyenangkan. Kebersamaan dengan teman-teman pun turut menjadi poin penting dalam kecintaan anak terhadap permainan ini.



SARANA PERTEMANAN

Roslina Verauli, M.Psi., dari Klinik Empati Development Center, mengatakan masih banyak manfaat permainan kelereng ini, yaitu:

* Relaks
Bermain kelereng sangat menyenangkan bagi anak. Kesenangan inilah yang memunculkan unsur relaks yang membantu anak keluar sebentar dari rutinitasnya sehari-hari untuk "me-recharge" kembali baterai energinya. Bila energinya sudah kembali penuh, tentu baik sebagai persiapan menghadapi hal-hal yang serius, seperti belajar.

* Melatih motorik
Kegiatan-kegiatan dalam permainan ini, seperti melempar dan menyentil kelereng, dapat melatih keterampilan motorik halus dan kasar si usia sekolah. Makin baik kemampuan motorik, koordinasi visual dan konsentrasinya maka anak pun semakin gape untuk menembakkan kelereng-kelerengnya.

* Melatih kemampuan berpikir
Kemampuan berpikir anak ikut dirangsang dalam permainan ini. Misalnya, jika ia ingin memenangkan permainan maka harus memecahkan masalah dan menggunakan strategi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.

* Berkompetisi
Keberhasilan anak menjalani suatu teknik yang lantas memperoleh tanggapan dari para kompetitornya merupakan hadiah tersendiri bagi anak. Adanya perasaan bersaing di usia sekolah sangat penting untuk membentuk perasaan diri berharga.

* Menjalin pertemanan
Yang paling penting dari kegiatan bermain adalah bagaimana anak mampu menjalin pertemanan dengan kawan mainnya. Jangan lupa, hubungan pertemanan akan memberi kesempatan pada anak untuk mempelajari konteks sosial yang lebih luas. Misal, ia jadi belajar bekerja sama, belajar mengatasi konflik ketika terjadi pertengkaran pada saat bermain dengan temannya, serta belajar mengomunikasikan keinginan dan pikirannya.

* Bersikap jujur
Anak juga punya kesempatan mengembangkan karakter dan kepribadian yang positif ketika bermain, seperti pentingnya kejujuran dan fairness. Kecintaannya pada nilai-nilai yang benar merupakan landasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang.

PERLU PERMAINAN LAIN

Namun psikolog yang akrab disapa Vera ini mengingatkan bahwa dalam setiap permainan, termasuk kelereng, ada faktor-faktor yang mungkin saja memicu hal-hal negatif, seperti:

* Lupa waktu
Bermain kelereng begitu menyenangkan dan kerap membuat anak lupa waktu. Masa bermainnya jadi diperpanjang dengan menggunakan jatah waktu kegiatan lain. Misalnya untuk istirahat dan belajar. Lupa waktu juga membikin tenaganya terkuras yang dapat mengganggu aktivitasnya yang lain; tidak berkonsentrasi belajar, malas mengurus diri, mudah emosi dan sebagainya.

Tugas orangtua adalah mengingatkan anak bila dia sudah melampaui waktu bermain. Buatlah kesepakatan kapan dia boleh bermain kelereng dan kapan tidak. Hal ini demi keseimbangan waktu bermain dengan waktu belajar dan kegiatan-kegiatan lainnya.

* Kebersihan yang tidak terjaga
Bermain kelereng biasanya dilakukan di halaman. Saking asyiknya anak kerap tidak memerhatikan unsur kebersihan yang tentu dapat menganggu kesehatannya. Untuk itu, sehabis bermain, minta ia segera mencuci tangannya, bila perlu mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat atau kotoran yang menempel.

* Tidak variatif
Jangan biarkan anak 'kecanduan" bermain kelereng dan melupakan permainan lain, karena variasi permainan tetap diperlukan demi tumbuh kembang anak. Maka itu perkenalkan padanya berbagai jenis kegiatan bermain. Dari bermain eksploratif, bermain musik, bermain aktif yang dilakukan sendiri, seperti bermain konstruktif hingga kegiatan melamun (yang membantu anak melibatkan aktivitas mental untuk melaksanakan ide-ide positif).

Menurut Vera, bermain sendiri tetap dibutuhkan anak karena dengan begitu, saat ia sakit, umpamanya, tetap bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan untuk dirinya. Selain itu, anak juga butuh melakukan kegiatan bermain yang sifatnya pasif, seperti membaca buku atau komik, mendengarkan musik atau menonton film.